Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun
dan buahnya menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Tandan buah segar (TBS) dipanen saat kematangan
buah tercapai dengan ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg TBS.
Dengan kriteria panen ini, diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan
kandungan asam lemak bebas (ALB) yang sangat rendah dan biaya panen yang
relatif lebih ekonomi.
Hasil yang
dapat diperoleh dari TBS ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah
(mesokarp) dan minyak inti sawit yang
terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam
lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai
terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan dan berhenti setelah 180 hari
atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah sudah tidak terjadi
pembentukan minyak, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan
yang bersangkutan telah terdapat buah memberondol normal.
Minyak yang
mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak
bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan
trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak yang terbentuk dalam daging buah
maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong-kantong minyak, dan agar minyak
tidak keluar dari buah, maka buah dilapisi dengan malam yang tebal dan
berkilat.
Untuk
melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka
tanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten. Setelah
penyerbukan kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi
pembentukan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijau-hijauan.
Pada saat-saat pembentukan minyak terjadi yaitu trigliserida dengan asam lemak
tidak jenuh, tanaman membentuk karoten dan phitol untuk melindungi dari
oksidasi, sedangkan klorofil tidak mampu menjadi antioksidan.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB)
minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan
lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam presentase
tinggi ( lebih dari 5 %). Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam keadaan
buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang
diperolehnya juga rendah.
Pengetahuan mengenai kriteria matang panen sangat dibutuhkan agar didapat
hasil panen dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas
yang rendah. Kriteria matang panen berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh
berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah. Berdasarkan
hal tersebut di atas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang
dipanen. Fraksi-fraksi tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk juga kualitas
minyak sawit yang dihasilkan. Ada tujuh fraksi dan derajat kematangan TBS yang
baik, derajat kematangan TBS untuk dipanen berada pada fraksi 2 dan 3.
Kriteria Kematangan Buah Kelapa Sawit
Fraksi buah
|
Kategori
|
Persyaratan
|
Jumlah brondolan
|
Fraksi 00 (F-00)
Fraksi 0 (F-0)
|
Sangat mentah (afkir)
Mentah
|
0,0%
Maks. 3,0%
|
Tidak ada
1 – 12,5% buah luar
|
Fraksi 1
Fraksi 2
Fraksi 3
|
Kurang matang
Matang I
Matang II
|
F1+F2+F3
min 85%
|
12,5%-25% buah luar
25-50% buah luar
50-75% buah luar
|
Fraksi 4
Fraksi 5
|
Lewat matang
Terlalu matang
|
Maks. 10%
Maks. 2,0%
|
>75% buah luar
Buah dalam
membrondol
|
Brondolan
Tandan kosong
Buah busuk
Panjang tangkai TBS
|
|
Maks. 10%
0,0%
0,0%
Maks. 2,5 cm
|
|
Catatan: dari hasil sampling TBS, diperoleh besaran
Nilai Sortasi Panen (NSP) dengan rumus :
NSP = -5 (FOO) -1 (FO) + 1 (F1+2+3) + 0,5
(F5)
NSP
yang memenuhi syarat adalah 80 – 100%
Sistem panen kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sawit bermutu baik
jika sistem panen memenuhi standar tertentu. Standar sistem panen yang ditentukan
adalah: (1) tidak ada buah mentah yang dipanen, (2) tidak meninggalkan buah
matang, (3) semua berondolan dikumpulkan dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil
(TPH) dalam kondisi bersih, (4) membrondolkan tandan yang terlalu matang, (5)
memotong gagang/tangkai tandan, dan (6) pelepah harus dipotong dengan baik.
Agar ALB minimum, pengangkutan
buah panen harus dilakukan sesegera mungkin. Selain itu juga perlu dijamin
bahwa hanya buah yang cukup matang yang dipanen. Siklus panen yang pendek (7
hari atau kurang) dapat diterapkan untuk menjamin bahwa buah yang dipanen tidak
lebih dari 3 hari dari saat matang optimum.
Kandungan
asam lemak bebas buah sawit yang baru dipanen biasanya kurang dari 0,3%. ALB
minyak yang diperoleh dari buah yang tetap berada dijanjang sebelum diolah (dan
tidak mengalami memar) tidak pernah melewati 1,2%. Sedangkan ALB brondolan
biasanya sekitar 5,0%. Di lain pihak, sangat jarang diperoleh ALB di bawah 2%
pada crude palm oil (CPO) hasil
produksi pabrik kelapa sawit (PKS), biasanya sekitar 3%. Peningkatan ALB yang
mencapai sekitar 20 kali ini terjadi karena kerusakan buah selama proses panen
sampai tiba di ketel perebusan. Kemungkinan penyebab utama kerusakan terjadi
saat pengisian buah di tempat pemungutan, penurunan buah di
tempat pengumpulan hasil, pengisian buah ke alat transportasi pembawa buah ke
pabrik, penurunan buah di loading ramp dan pengisian buah ke lori. TBS yang
memar akan membawa lebih banyak tanah dan kotoran yang akan membantu
mempercepat kenaikan ALB oleh karena kontaminasi mikroorganisme, sekaligus
menjadi sumber kontaminasi logam, diantaranya besi yang menjadi pro-oksidan proses
hidrolisis minyak. Asam lemak bebas terbentuk
karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah dan berfungsi
memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut
semakin aktif bila struktur sel buah
matang mengalami kerusakan. Kerusakan
buah saat panen selain
berpengaruh terhadap ALB juga menurunkan daya pemucatan CPO. Warna inti juga
menjadi lebih gelap pada buah yang
rusak atau lewat matang.
Faktor transportasi dalam pengelolaan kebun kelapa sawit memiliki peran
yang cukup penting. Keterlambatan pengangkutan TBS ke PKS (restan) akan
mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir.
Pengangkutan TBS diusahakan dengan menghindari pelukaan pada buah.
Pengangkutan TBS bertujuan mengirimkan TBS dan brondolan ke pabrik dalam
keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman
TBS secara tepat, sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan pabrik
kelapa sawit bekerja secara optimal. Kegiatan transpor buah merupakan mata
rantai dari tiga faktor yaitu panen, pengangkutan dan pengolahan. Ketiga faktor
tersebut merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Efisiensi
pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit angkutan memuat TBS secara maksimal
dengan waktu seefisien mungkin.
Pada stasiun penerimaan buah, TBS yang berasal dari kebun pertama kali
diterima dan ditimbang di jembatan timbang. Setelah itu, buah dibawa ke tempat
penampungan buah (loading ramp). Saat buah akan dituangkan (didump),
dilakukan penyortiran buah. Sortasi buah yang dilakukan adalah sortasi untuk
mengamati mutu buah yang diterima di PKS dan dilaksanakan di pelataran buah.
Penyortiran tersebut bertujuan untuk memilih buah (TBS) yang layak/baik diolah
di pabrik, sehingga dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar produksi
dari segi kualitas, kuantitas, dan kelangsungan alat produksi.
TBS yang telah sampai di loading
ramp sebaiknya segera diolah. Lama
penyimpanan sebaiknya tidak lebih dari dua hari. Penyimpanan yang lebih lama
dapat menyebabkan kerusakan minyak. Tandan yang pertama disimpan harus pertama
yang diolah (first in, first out). Sumber: Buana L, Siahaan D, Adiputra
S. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa
Sawit dan Produk Turunannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Naibaho PM. 1998.
Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Ketaren S.
1986. Pengantar Minyak dan Lemak Pangan.
UI Press. Jakarta.
Panen sawit ada aturannya ya...
ReplyDeletePanen sawit ada aturannya ya...
ReplyDelete