Thursday, January 15, 2015

Makalah: Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dipresentasikan oleh kelompok 5, yang terdiri dari:
Asih Aprillia Wulandari
Didi Apriyadi
Elsa Monica
Amelia Ramadhan
Ridho Firdaus
Edwin Jayardi
Pertanyaan dan jawaban mengenai makalah ini, silahkan disampaikan pada bagian komentar pada bagian bawah page ini.

14 comments:

  1. pertanyaan selamet 1. bagaimana sifat fisik Biodiesel?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biodiesel dapat dibuat dari transesterifikasi asam lemak. Asam lemak dari minyak lemak nabati direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester dan produk samping berupa gliserin yang juga bernilai ekonomis cukup tinggi.


      dimana, Salah satu sifat fisik yang penting adalah viskositas. Sebenarnya, minyak lemak nabati sendiri dapat dijadikan bahan bakar, namun, viskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan bakar mesin diesel.

      Delete
  2. pertanyaan ilham 2. berapa tingkat kemurnian biodiesel ?

    ReplyDelete
  3. pertanyaan erwin 3. apakah zat emisi / gas emisi buangan dari biodiesel?

    ReplyDelete
    Replies
    1. beberapa perbandigan gas yang di buang oleh biodiesel terhadap bahan bakar lain...untuk membuktikan dan menjawab hasil positif dari bahan bakar tumbuhan ini

      Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bakar biodiesel teroksidasi mempunyai karakteristik pembakaran lebih baik dibandingkan dengan solar, pada rentang beban kecil sampai dengan menengah, yang diindikasikan dengan daya yang lebih besar daripada solar yaitu sebesar 12,37%. Namun, bsfc dari bahan bakar tersebut lebih tinggi 4,84% daripada solar. Pemakaian B20 biodiesel-teroksidasi/solar merupakan pemakaian terbaik pada penelitian ini. Campuran B20 untuk biodiesel-teroksidasi/solar mempunyai daya lebih tinggi 16,2% dan bsfc lebih rendah 11,2% dibandingkan dengan solar. Pemakaian B100 biodiesel-teroksidasi tidak memberikan performa yang lebih baik pada mesin diesel. Secara umum emisi HC, CO, dan NOx dari biodiesel teroksidasi lebih rendah daripada solar

      Delete
  4. pertanyaan ibu yernisa 4. apakah yang dimaksud dengan number cetan ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Angka Setana atau CN (Cetane Number) adalah ukuran yang menunjukkan kualitas dari bahan bakar untuk diesel. Dalam mesin diesel angka bahan bakar setana yang lebih tinggi akan memiliki periode pengapian lebih pendek daripada bahan bakar setana bernilai rendah.
      Singkatnya, semakin tinggi angka setana akan lebih mudah bagi bahan bakar untuk terbakar dalam kompresi. Dengan bahan bakar yang mudah terbakar maka akan mengurangi ketukan dari mesin diesel, sehingga mesin akan lebih halus. Oleh karena itu bahan bakar yang lebih tinggi setana biasanya menyebabkan mesin untuk berjalan lebih lancar dan tenang . hal ini berbeda bila nilai setananya lebih rendah maka akan terjadi delay sehingga menambah ketukan pada proses pembakaran.

      Nilai Setana dinyatakan dengan angka, dan biasanya mesin diesel bermain diangka CN 40-55. Seperti penjelasan diatas, Bahan bakar dengan setana yang lebih tinggi mengalami keterlambatan pengapian lebih pendek, akan memberikan lebih banyak waktu untuk proses pembakaran bahan bakar akan selesai. Oleh karena itu, mesin diesel high performance akan beroperasi lebih efektif dengan bahan bakar setana yang lebih tinggi .

      Delete
  5. pertanyaan ibu yernisa : apa jenis-jenis katalis yang digunakan untuk pembuatan biodiesel?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Katalis berfungsi menurunkan energi aktifasi reaksi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Katalis yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dapat berupa katalis basa maupun katalis asam. Dengan katalis basa reaksi berlangsung
      pada suhu kamar sedangkan dengan katalis asam reaksi baru berjalan baik pada suhu sekitar 100°C. Bila tanpa katalis, reaksi membutuhkan suhu minimal 250°C (Kirk & Othmer, 1980).
      1.Katalis Basa
      Katalis basa homogen seperti NaOH (natrium hidroksida) dan KOH (kalium
      hidroksida) merupakan katalis yang paling umum digunakan dalam proses pembuatan biodiesel karena dapat digunakan pada temperatur dan tekanan operasi yang relatif rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang tinggi. Akan tetapi, katalis basa homogen sangat sulit dipisahkan dari campuran reaksi sehingga tidak dapat digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang sebagai limbah yang dapat mencemarkan lingkungan.
      Di sisi lain, katalis basa heterogen seperti CaO, meskipun memiliki kemampuan
      katalisator yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan katalis basa homogen, dapat menjadi alternatif yang baik dalam proses pembuatan biodiesel. Katalis basa heterogen dapat dengan mudah dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat digunakan kembali, mengurangi biaya pengadaan dan pengoperasian peralatan pemisahan yang mahal serta meminimasi persoalan limbah yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Meskipun katalis basa memiliki kemampuan katalisator yang tinggi serta harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan katalis asam, untuk mendapatkan performa proses yang baik, penggunaan katalis basa dalam reaksi transesterifikasi memiliki beberapa persyaratan penting, diantaranya alkohol yang digunakan harus dalam keadaan anhidrous dengan kandungan air < 0.1 - 0.5 %-berat serta minyak yang digunakan harus memiliki kandungan asam lemak bebas < 0.5% (Lotero et al., 2005). Keberadaan air dalam reaksi transesterifikasi sangat penting untuk diperhatikan karena dengan adanya air, alkil ester yang terbentuk akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas. Lebih lanjut, kehadiran asam lemak bebas dalam sistem reaksi dapat menyebabkan reaksi penyabunan yang sangat menggangu dalam proses pembuatan biodiesel.


      2.Katalis Asam
      Alternatif lain yang dapat digunakan untuk pembuatan biodiesel adalah dengan
      menggunakan katalis asam. Selain dapat mengkatalisis reaksi transesterifikasi minyak tumbuhan menjadi biodiesel, katalis asam juga dapat mengkatalisis reaksi esterifikasi asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak menjadi biodiesel mengikuti reaksi berikut ini:

      R-COOH + CH3OH ==>> R-COOCH3 + H2O
      (Asam Lemak Bebas) (Metanol) (Biodiesel) (Air)

      Katalis asam umumnya digunakan dalam proses pretreatment terhadapat bahan
      baku minyak tumbuhan yang memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi namun sangat jarang digunakan dalam proses utama pembuatan biodiesel. Katalis asam homogen seperti asam sulfat, bersifat sangat korosif, sulit dipisahkan dari produk dan dapat ikut terbuang dalam pencucian sehingga tidak dapat digunakan kembali sekaligus dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Katalis asam heterogen seperti Nafion, meskipun tidak sekorosif katalis asam homogen dan dapat dipisahkan untuk digunakan kembali, cenderung sangat mahal dan memiliki kemampuan katalisasi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan katalis basa.

      Delete
  6. pertanyaan ibu yernisa: jelaskan kharakteristik mutu biodiesel itu/?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karakteristik mutu biodiesel meliputi angka setana, viskositas, kadar air, bilangan iod, titik kabut dan titik nyala
      Penjelasan :
      1. Angka Setana atau CN (Cetane Number) adalah ukuran yang menunjukkan kualitas dari bahan bakar untuk diesel. Dalam mesin diesel angka bahan bakar setana yang lebih tinggi akan memiliki periode pengapian lebih pendek daripada bahan bakar setana bernilai rendah. emakin tinggi angka setana akan lebih mudah bagi bahan bakar untuk terbakar dalam kompresi.

      2. Viskositas (kekentalan) merupakan sifat intrinsik fluida yang menunjukkan
      resistensi fluida terhadap alirannya, karena gesekan di dalam bagian cairan yang
      berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain mempengaruhi pengatoman bahan
      bakar dengan injeksi kepada ruang pembakaran, akibatnya terbentuk pengendapan
      pada mesin. Viscositas yang tinggi atau fluida yang masih lebih kental akan
      mengakibatkan kecepatan aliran akan lebih lambat sehingga proses derajat atomisasi
      bahan bakar akan terlambat pada ruang bakar.

      3. Kadar air dalam minyak merupakan salah satu tolak ukur mutu minyak.
      Makin kecil kadar air dalam minyak maka mutunya makin baik, hal ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan
      kenaikan kadar asam lemak bebas, kandungan air dalam bahan bakar dapat juga
      menyebabkan turunnya panas pembakaran, berbusa dan bersifat korosif jika bereaksi
      dengan sulfur karena akan membentuk asam.

      4. Bilangan Iod menunjukkan tingkat ketidak jenuhan atau banyaknya ikatan
      rangkap asam asam lemak penyusun biodiesel. Kandungan senyawa asam lemak
      takjenuh meningkatkan ferpormansi biodiesel pada temperatur rendah karena
      senyawa ini memiliki titik leleh (Melting Point) yang lebih rendah (Knote, 2005). Biodiesel dengan kandungan bilangan iod yang tinggi akan mengakibatkan tendensi polimerisasi dan pembentukan deposit pada injector noozle dan cincin piston pada saat mulai pembakaran (Panjaitan, F., 2005).

      5. Ttik kabut adalah temperatur suatu minyak mulai keruh bagaikan kerkabut, tidak lagi jernih pada saat didinginkan. jika temperatur diturunkan lebih lanjut maka didapat titik tuang (pour point). temperatur ini adalah titik temperatur terendah yang menunjukkan mulai terbentuknya kristal parafin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar.

      6. Titik nyala adalah titik temperatur terendah yang menyebabkan bahan bakar dapat meyala. penentuan titik nyala ini berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan dan penanganan bahan bakar. SNI menetapkan titik nyala biodiesel lebih tinggi sehingga lebih aman dibandingkan dengan petrodiesel atau biosolar.

      Delete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete