Monday, June 29, 2015

Oleokimia Dasar: Metil Ester

Metil ester dapat dihasilkan melalui proses esterifikasi asam lemak atau transesterifikasi trigliserida. Esterifikasi adalah reaksi antara asam lemak dengan alkohol dengan bantuan katalis untuk membentuk ester. Umumnya katalis yang digunakan adalah katalis asam seperti asam sulfat. Reaksi esterifikasi bersifat dapat balik (reversible), sehingga jumlah air harus dibuang untuk mendorong reaksi agar bergerak ke kanan dan untuk mendapatkan rendemen ester yang tinggi (Hui, 1996). Reaksi esterifikasi asam lemak untuk menghasilkan metil ester dapat dilihat sebagai berikut.
                                RCOOH      +    R`OH         asam    RCOOR` + H2
                                 Asam lemak     alkohol       katalis     ester          air           
Transesterifikasi adalah penggantian gugus alkohol dari suatu ester dengan alkohol lain dalam suatu proses yang menyerupai hidrolisis. Namun berbeda dengan hidrolisis, pada proses transesterifikasi yang digunakan bukanlah air melainkan alkohol. Reaksi pemisahan ester menggunakan alkohol lebih spesifik disebut alkoholis. Pada reaksi ini terbentuk ester baru. Umumnya katalis yang digunakan adalah sodium metilat, NaOH atau KOH. Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar bergerak ke kanan maka perlu digunakan alkohol dalam jumlah berlebih atau salah satu produk yang dihasilkan harus dipisahkan (Hui, 1996).  Reaksi transesterifikasi ester dengan alkohol  untuk menghasilkan ester jenis baru dapat dilihat seperti di bawah ini.
                                     RCOOR      +    R`OH        NaOH    RCOOR` + R`OH 
                                  Ester                alkohol       katalis     ester          alkohol        
Menurut Hui (1996) transesterifikasi merupakan istilah yang umum. Lebih sepesifiknya, apabila larutan metanol yang digunakan, maka reaksi yang terjadi disebut metanolisis. Metanol umum digunakan karena harganya lebih murah, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan jenis alkohol lainnya. 
Menurut Gregorio C Grevarjio dalam buku Bailey Industrial Fat and Oil Menyatakan bahwa metil ester memiliki beberapa kelebihan yang membuat metil ester lebih populer dibandingkan dengan oleokimia  yang lain diantaranya:
1.      Dalam memproduksi metil ester energi yang dibutuhkan itu sangat minimal jika dibandingkan dengan memproduksi dan memisahkan jenis asam lemak tertentu
2.      Sifat metil ester yang tidak corrosive memudahkan untuk penggunaan alat-alat yang tidak terlalu mahal, disamping itu pula dalam memproduksi metil ester tidak diperlukan suhu dan tekanan yang tinggi, memudahkan pula dalam transportasi karena tidak memerukan perlakuan khusus.
3.      menghasilkan by produk berupa larutan glyserol yang lebih kental
4.      mudah dalam memfraksinasinya karena memiliki titik didih yang rendah.
. Metil ester melalui reaksi tertentu akan menghasilkan produk turunan lagi. Metil ester jika mengalami hidrogenasi akan menghasilkan fatty alkohol, dengan sulfonasi akan menghasilkan metil ester sulfonat dan melalui proses amidasi akan menghasilkan asam lemak alkanolamid 
Referensi:
Austin, G. T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries. 5th Ed. McGraw-Hill Book Company. New York.Hartley, C.W. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq). 2nd Ed. Longman Group Limited. New York.
Buana, L., D. Siahaan dan S. Adiputra. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Gunstone, F.D. 2004. The Chemistry of Oils and Fats: Sources, Composition, Properties and Uses. Blackwill Publishing Ltd. Victoria.
Hambali, E., A. Suryani dan Yuslinawati. 2005. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk Industri. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi. LPPM-IPB. Bogor
Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products., 5th ed. Vol. 2, 3 & 4, Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Ketaren S. 1986.  Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta
Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Poeloengan, Z., L. Buana dan Darnoko. 2000. Potensi Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit di Indonesia. WARTA Pusat Pengembangan Kelapa Sawit (PPKS). Vol. 8. Medan.
Salunkhe, D.K.. 1992.World Oil Seed: Chemistry Teknology and Utilization, AVI Book, New York.

  

No comments:

Post a Comment