Tahukan
Anda bahwa hampir setengah dari kegiatan produksi di Negara berkembang terdiri
atas kegiatan agroindustri? Atau setujukan Anda pada pernyataan bahwa
pengolahan agroindustri merupakan salah satu langkah awal menuju industrialisasi?
Dan mengapa diperlukan manajemen agroindustri? Untuk mengetahui jawaban
pertanyaan di atas maka kita perlu memahami terlebih dahulu pengertian dari
agroindustri serta manajemen agroindustri.
Manajemen agroindustri terdri dari dua kata yaitu manajemen dan agroindustri. Manajemen adalah
tindakan untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mengkoordinasikan kegiatan
orang lain. Fungsi-fungsi atau kegiatan manajemen melipiti perencanaan,
organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan dan pengawasan. Sedangkan agroindustri berasal dari dua kata
yaitu agricultural dan industry yang berarti suatu industri
yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu
industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau
input dalam usaha pertanian. Menurut Austin (1981), agroindustri
adalah perusahaan yang
memproses bahan baku pertanian,
termasuk hasil nabati atau hewani. Proses yang diterapkan mencakup pengubahan dan
pengawetan melalui perlakuan
fisik dan kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Produk agroindustri dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi atau digunakan oleh manusia atau sebagai produk bahan baku
industri lain. Dengan demikian,
manajemen agroindustri dapat diartikan sebagai pengelolaan suatu industri yang
berbahan baku utama hasil pertanian. Dengan adanya
manajemen dalam agroindustri, diharapkan sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal dengan tetap mempertimbangkan
keberlanjutannya.
Kegiatan
agroindustri merupakan bagian integral dari sektor pertanian yang mempunyai
kontribusi penting dalam proses industrialisasi terutama di wilayah pedesaan.
Efek agroindustri tidak hanya mentransformasikan produk primer ke produk olahan
tetapi juga budaya kerja dari agraris tradisional yang menciptakan nilai tambah
rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah
tinggi. Berdasarkan Tabel 1, agroindustri dapat dikategorikan berdasarkan
tingkat proses perubahan bentuk.
Tabel 1. Kategori agroindustri berdasarkan
tingkat proses perubahan bentuk
Tingkatan/level
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
Pembersihan
|
Pemintalan
|
Pemasakan
|
Perubahan
kimia
|
Pengelompokan
|
Penggilingan
|
Pasteurisasi
|
Pembentukan
|
Pemotongan
|
Pengalengan
|
||
Pencampuran
|
Penguapan
|
||
Pembekuan
|
|||
Penenunan
|
|||
Ekstraksi
|
|||
Perakitan
|
Sumber: Austin (1981)
Strategi pengembangan
agroindustri yang dapat ditempuh harus disesuaikan dengan karakteristik dan
permasalahan agroindustri yang bersangkutan. Secara umum permasalahan yang
dihadapi dalam pengembangan agroindustri adalah: (a) sifat produk pertanian
yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan
transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut; (b) sebagian besar produk
pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim sehingga
aspek kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin; (c) kualitas
produk pertanian dan agroindustri yang dihasilkan pada umumnya masih rendah
sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik didalam negeri maupun
di pasar internasional; dan (d) sebagian besar industri berskala kecil dengan
teknologi yang rendah.
Setelah mengetahui pengertian dari
agroindustri, maka kita dapat mengetahui bahwa penerapan agroindustri sangat
luas di bidang industri. Akan tetapi, apakah Anda dapat membedakan industri
mana yang termasuk dalam ranah agroindustri dan industri yang seperti apa yang
tidak termasuk dalam ranah ini? Pengetahuan mengenai ruang lingkup agroindustri
sangat penting dalam menentukan jenis industri yang termasuk dalam ranah
agroindustri.
Agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi industri hulu
sektor pertanian sampai dengan industri hilir. Agroindustri hulu, yakni
subsektor industri yang menghasilkan sarana produksi pertanian. industri ini
yaitu hanya industri yang menghasilkan produksi yang berhubungan langsung
dengan kebutuhan proses produksi pertanian, misalnya industry pupuk, pestisida.
Agroindustri hilir, yakni subsektor industri yang mengolah hasil-hasil
pertanian, misalnya industri crumb rubber
yang mengolah lateks menjadi karet remah, industri pengolahan daun teh menjadi
teh siap seduh, industri pengolahan gandum menjadi tepung.
Untuk lebih spesifiknya lagi,
secara garis besar agroindustri dapat digolongkan menjadi empat golongan,
antara lain:
a)
Industri
peralatan dan mesin-mesin pertanian (IPMP)
•
Mesin
budidaya pertanian, yang mencangkup alat dan mesin pengolahan lahan (cangkul,
bajak, traktor)
•
Mesin
pengolahan hasil pertanian, yang meliputi alat dan mesin
pengolahan berbagai komoditas pertanian,
misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan padi, mesin pengering
dan lain sebagainya.
b)
Industri
pengolahan hasil pertanian (IPHP)
Agroindustri pengolahan hasil
pertanian merupakan bagian dari agroindustri, yang mengolah bahan baku pangan,
non pangan dan perhutanan, seperti:
•
Pengolahan
pangan/hasil tanaman pangan
•
Pengolahan
hasil tanaman perkebunan
•
Pengolahan
hasil perikanan/perairan
•
Pengolahan
hasil ternak
•
Pengolahan
hasil hutan
•
Pengolahan
limbah hasil pertanian
Pengolahan yang dimaksud meliputi
pengolahan berupa proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik
atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan, dan distribusi. Pengolahan dapat berupa
pengolahan sederhana seperti pembersihan, pemilihan (grading), pengepakan atau dapat pula berupa pegolahan yang lebih
canggih, seperti penggilingan (milling),
penepungan (powdering), ekstraksi dan
penyulingan (extraction),
penggorengan (roasting), pemintalan (spinning), pengalengan (canning) dan proses pabrikasi lainnya.
c)
Industri
input pertanian
Misalnya pengolahan pupuk,
pengolahan pestisida, pengolahan herbisida, dll
d)
Industri
jasa sektor pertanian (IJSP)
•
Komunikasi,
menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan penggunaan komputer serta
alat komunikasi modern
lainya.
•
Perdagangan,
yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta
penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan pertanian.
•
Konsultasi,
meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan
mutu serta evaluasi dan penilaian proyek.
Sebelum mengembangkan agroindustri pemilihan jenis
agroindustri merupakan keputusan yang paling menentukan keberhasilan dan
keberlanjutan agroindustri yang akan dikembangkan. Pilihan tersebut ditentukan oleh kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi pada tiga komponen dasar agroindustri, yaitu
pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran. Pemasaran biasanya
merupakan titik awal dalam analisis proyek agroindustri. Analisis pemasaran
mengkaji lingkungan eksternal atau respon terhadap produk agroindustri yang akan
ditetapkan dengan melakukan karakteristik konsumen, pengaruh kebijaksanaan
pemerintah dan pasar internasional.
Kelangsungan agroindustri ditentukan pula oleh kemampuan
dalam pengadaan bahan baku. Tetapi pengadaan bahan baku jangan sampai
merupakan isu yang dominan sementara pemasaran dipandang sebagai isu kedua, karena baik pemasaran
maupun pengadaan bahan baku secara bersama menentukan keberhasilan
agroindustri. Tetapi karena pengkajian agronomi memerlukan waktu dan sumberdaya
yang cukup banyak maka identifikasi kebutuhan pasar sering dilakukan terlebih
dahulu. Alasan lain adalah karena lahan dapat digunakan untuk berbagai tanaman
atau ternak, sementara pengkajian pemasaran dapat memilih berbagai alternatif
tanaman atau ternak.
Karakteristik agroindustri yang menonjol sebenarnya adalah
adanya ketergantungan antar elemen-elemen agroindustri, yaitu pengadaan bahan
baku, pengolahan, dan pemasaran produk. Karakteristik agroindustri antara lain:
1) Kegiatan produksi dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan baku yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis.
2)
Produktivitas
hasil dipengaruhi oleh kreativitas dan tingkat pemanfaatan teknologi proses.
3)
Penanganan
produk pasca panen menjadi titik kritis.
4) Resiko
keberhasilan usaha relative lebih kecil (dapat diprediksi lebih baik atau tidak
tergantung alam).
5)
Satu
sumber bahan baku dapat menghasilkan produk yang bervariasi.
6)
Produk
yang dihasilkan lebih tahan lama (umur konsumsi lebih lama).
7)
Ada nilai
tambah (dari satu sumber bahan baku dapat diolah menjadi berbagai variasi
produk).
8)
Waktu
pengolahan relative lebih singkat.
9)
Kegiatan
dilakukan dalam ruang unit produksi.
Pengelolaan agroindustri dapat
dikatakan unik, karena bahan bakunya yang berasal dari pertanian (tanaman,
hewan, ikan) mempunyai tiga karakteristik, yaitu musiman (seasonality), mudah
rusak (perishabelity), dan beragam (variability). Tiga karakteristik lainnya
yang perlu mendapat perhatian adalah: Pertama, karena komponen biaya bahan baku
umumnya merupakan komponen terbesar dalam agroindustri maka operasi
mendatangkan bahan baku sangat menentukan operasi perusahaan agroindustri.
Ketidakpastian produksi pertanian dapat menyebabkan ketidakstabilan harga bahan
baku sehingga merumitkan pendanaan dan pengelolaan modal kerja. Kedua, karena
banyak produk-produk agroindustri merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau
merupakan komoditas penting bagi perekonomian suatu negara maka perhatian dan
keterlibatan pemerintah dalam kegiatan agroindustri sering terlalu tinggi.
Ketiga, karena suatu produk agroindustri mungkin diproduksi oleh beberapa
negara maka agroindustrilokal terkait ke pasar internasional sebagai pasar
alternatif untuk bahan baku, impor bersaing, dan peluang ekspor. Fluktuasi
harga komoditas yang tinggi di pasar internasional memperbesar ketidakpastian
finansial disisi input dan output. Salah satu permasalahan yang timbul akibat
sifat karakteristik bahan baku agroindustri dari pertanian adalah tidak
kontinyunya pasokan bahan baku, sehingga seringkali terjadi kesenjangan antara
ketersediaan bahan baku dengan produksi dalam kegiatan agroindustri (idle
investment).
Karakteristik agroindustri antara
lain kegiatan produksi dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan baku yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis,
produktivitas hasil dipengaruhi oleh kreativitas dan tingkat pemanfaatan
teknologi proses, penanganan produk pasca panen menjadi titik kritis, resiko
keberhasilan usaha relative lebih kecil (dapat diprediksi lebih baik atau tidak
tergantung alam), satu sumber bahan baku dapat menghasilkan produk yang
bervariasi, produk yang dihasilkan lebih tahan lama (umur konsumsi lebih lama),
ada nilai tambah (dari satu sumber bahan baku dapat diolah menjadi berbagai
variasi produk), waktu pengolahan relative lebih singkat, kegiatan dilakukan
dalam ruang unit produksi.
Pengembangan agroindustri memiliki prospek yang cerah untuk meningkatkan
nilai tambah produk pertanian.
Pengembangan agroindustri memiliki prospek yang cerah untuk meningkatkan nilai
tambah produk pertanian. Peran agroindustri dalam perekonomian nasional suatu
negara adalah sebagai berikut :
- Mampu
meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis khususnya dan pendapatan
masyarakat pada umumnya ;
- Mampu
menyerap tenaga kerja ;
- Mampu
meningkatkan perolehan devisa ;
- Mampu
menumbuhkan industri yang lain , khususnya industri pedesaan.
Untuk perkembangan lebih lanjut
dari agroindustri ini, agar tampilannya lebih baik lagi pada masa depan, dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Melakukan
penyesuaian terhadap perubahan global;
- Menigkatkan
pertumbuhan melalui inovasi , investasi dan perdagangan;
- Menghilangkan
faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan;
- Menigkatkan
efisiensi di semua sektor yang mempunyai kemampuan untuk memengaruhi
perkembangan agroindustri lebih lanjut;
- Menigkatkan
kualitas manajerial melalui peningkatan kualitas SDM; dan
- Mampu mandiri
dengan tidak bagitu menggantungkan diri pada pihak lain
Referensi:
Assauri, S. 2000. Manajemen Produksi dan
Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Austin JE. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The World Bank.
Washington DC.
Baroto, T. 2002.
Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit GhaliaIndonesia, Jakarta.
James GB, Deloitte & Tauche,
1994. Agroindustrial Invesment and Operation. The World Bank. Washington DC.
da Silva CA, Baker D, Shepherd AW, Jenane C, Miranda-da-Cruz S. 2009.
Agroindustries for Development. FAO and UNIDO. Rome.
Kusuma, H. 2004. Manajemen
Produksi. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Ma’arif MS, Tanjung H. 2003. Manajemen Operasi. Grasindo.
Jakarta.
Pujawan IN. 2008. Supply Chain
Management. Surabaya: PT Guna Widya.
Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan
Aplikasi di Bidang Bisnis. Erlangga, Jakarta.
Herjanto E. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi.
Grasindo. Jakarta.
Santacoloma P, Rottger A, Tartanac F. 2009. Business Management for
Small-scale Agroindustries. FAO. Rome.
No comments:
Post a Comment